Minggu, 30 Oktober 2011

TUGAS METODE RISET (tugas ke 4)

NAMA : ABDUL RAHIM NAWAWI
KELAS : 3EA12
NPM : 11209660

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE TAHUN 1984-2003

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori pertumbuhan yang dikemukakan oleh Harrod-Domar merupakan perluasan dari analisa Keynes mengenai kegiatan ekonomi nasional dan masalah penggunaan tenaga kerja. Teori Harrod-Domar pada hakekatnya berusaha untuk menunjukkan syarat yang diperlukan agar pertumbuhan yang mantap atau steady growth yang dapat didefinisikan sebagai pertumbuhan yang akan selalu menciptakan penggunaan sepenuhnya alat-alat modal yang akan selalu berlaku dalam perekonomian. Teori Harrod-Domar memperhatikan dua aspek dari pembentukan modal dalam kegiatan ekonomi yaitu : mempertinggi pengeluaran masyarakat dan mempertinggi jumlah alat-alat modal dalam masyarakat. Dalam teori Harrod-Dommar pembentukan modal dipandang sebagai pengeluaran yang akan menambah kesanggupan suatu perekonomian untuk menghasilkan barang-barang maupun sebagai pengeluaran yang akan menambah permintaan efektif seluruh masyarakat.

Analisa Harrod-Domar bertujuan untuk menunjukkan syarat yang diperlukan supaya dalam jangka panjang kemampuan memproduksi yang bertambah dari masa ke masa (yang diakibatkan oleh pembentukan modal pada masa sebelumnya) akan selalu sepenuhnya digunakan.

2.2 Teori Hutang Luar Negeri

Aliran modal dari luar negeri dinamakan bantuan luar negeri apabila ia mempunyai dua ciri-ciri berikut : pertama, ia merupakan aliran modal yang bukan didorong oleh tujuan untuk mencari keuntungan dan, kedua, dana tersebut diberikan kepada negara penerima atau dipinjamkan dengan syarat yang lebih ringan daripada yang berlaku di pasar internasional. Berdasarkan kepada kedua ciri tersebut, aliran modal dari luar negeri yang tergolong sebagai bantuan luar negeri adalah pemberian (grant) dan pinjaman luar negri (loan). Besarnya unsur bantuan yang terkandung dalam pinjaman luar negri tergantung pada syarat-syarat pembayaran kembali dari bantuan tersebut, yaitu tergantung pada tenggat waktu (grace period), jangka masa pembayaran kembali (maturity), dan tingkat bunga dari pinjaman yang diberikan.

Hutang luar negeri erat hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi, hal ini disebabkan karena dalam melaksanakan program pembangunan di negara – negara berkembang, biasanya negara tersebut menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dan tingkat penanaman modal yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.

Akan tetapi, pada umumnya negara – negara berkembang tidak dapat menciptakan tabungan sebanyak yang diperlukan dan oleh karenanya hutang luar negeri perlu dikerahkan untuk menutupi kekurangan tersebut. (Lincolyn Arsyad, 1997:)

2.3 Teori Invetasi

Investasi dilaksanakan oleh pemilik-pemilik modal untuk mendapatkan suatu keuntungan dari usaha yang dilaksanakannya. Modal merupakan faktor penting, sebab dengan tersedianya modal maka faktor-faktor produksi lainnya akan dapat terpenuhi. Investasi yang diinvestir dalam pembangunan ekonomi mengutamakan kepada service motive yakni pemberian pelayanan, dorongan-dorongan kepada mesyarakat walaupun pertimbangan ekonomi juga diperhatikan. (Malayu S.P. Hasibuan,1987 : 107 - 108)

Thesis usaha minimum kritis mengemukakan perlunya mempertinggi tingkat penanaman modal untuk mengusahakan agar negara-negara berkembang dapat melepaskan diri dari belenggu perangkap tingkat keseimbangan rendah (the low level equilibrium trap). Teori perangkap tingkat keseimbangan rendah menjelaskan bahwa pada tingkat pendapatan perkapita yang rendah, tingkat penanaman modal juga rendah dan juga menyebabkan pertumbuhan dalam pendapatan nasional lebih rendah daripada tingkat pertambahan penduduk. Dengan demikian jelaslah kepada kita bahwa “pentingnya dan strategisnya peranan investasi untuk menciptakan kesempatan kerja dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi.(Malayu S.P. Hasibuan,1987 : 132)

2.4 Teori Ekspor

Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan nilai semua barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang, ongkos pengapalan, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu. (Bambang Triyoso, 1984).

Peranan ekspor dalam pembangunan ekonomi menurut ahli ekonomi klasik, terutama David Ricardo, mengemukakan pendapatnya bahwa perdagangan luar negeri melalui ekspor memberikan sumbangan yang pada akhirnya dapat mempercepat perkembangan ekonomi suatu negara. (Sadono Sukirno, 1985 : 224-225)

Ketika prosentase ekspor terhadap PDB semakin meningkat, maka harus dibuat strategi ekspor yang dapat memberikan peluang untuk lestarinya status komoditi ekspor sebagai market leader. Empat alternatif strategi ekspor lazim dikenal dengan Four Generic Internasional Strategies, yaitu : (H. Halwani dan P. Tjiptoherijanto, 1993 : 64-65).

Kebijaksanaan perdagangan internasional dibidang ekspor harus terus dilaksanakan oleh pemerintah. Kebijakan ini diartikan sebagai tindakan dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang akan mempengaruhi struktur, komposisi dan arah transaksi serta kelancaran usaha untuk peningkatan davisa ekspor suatu negara.

2.5 Teori Ketenaga Kerjaan

Di Indonesia, pengertian tenaga kerja atau man power adalah mencakup penduduk yang sudah bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang disebut terakhir, yakni pencari kerja, bersekolah, dan mengurus rumah tangga, walaupun sedang tidak bekerja, mereka dianggap secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. Tenaga kerja terdiri atas angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja (labor force) terdiri atas golongan yang bekerja, yang menganggur, dan yang mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari atas golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan. Ketiga golongan dalam kelompok bukan angkatan kerja sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Oleh sebab itu, kelompok ini sering disebut juga sebagai potensial labor force. (Simanjuntak,1985 : 3)

2.6 Kesimpulan Dari Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi merupakan turunan (derivative) dari kumulasi modal pertumbuhan penduduk, dan kemajuan teknologi. Faktor-faktor tersebut adalah: hutang luar negeri, Investasi, tenaga kerja dan ekspor.

Hutang luar negeri dianggap sebagai faktor penting pertumbuhan ekonomi, khususnya bagi negara Indonesia yang memerlukan modal besar dalam melaksanakan pembangunan ekonomi. hal ini disebabkan karena dalam melaksanakan program pembangunan di negara–negara berkembang, biasanya negara tersebut menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dan tingkat penanaman modal yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.

Pertumbuhan ekonomi diperlukan investasi-investasi baru sebagai stok modal. Semakin banyak tabungan yang kemudian diinvestasikan, maka semakin cepat terjadi pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi secara riil, tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada setiap tabungan dan investasi tergantung dari tingkat produktivitas investasi tersebut, dengan bertambahnya penggunaan investasi maka akan menambah jumlah modal untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, maka investasi juga dianggap faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi di suatu negara.

Perdagangan Internasional juga dapat menjadi perangsang penting dalam perekonomian Indonesia. Perdagangan Internasional khususnya Ekspor, bagi banyak negara, khususnya Indonesia mempunyai peranan yang penting, yakni sebagai penggerak motor perekonomian. (Tulus Tambunan, 2001 : 2), jadi ekspor juga menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Sabtu, 22 Oktober 2011

TUGAS METODE RISET (tugas ke 3}

NAMA : ABDUL RAHIM NAWAWI
KELAS : 3EA12
NPM : 11209660

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE TAHUN 1984-2003


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam jangka panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting yang dialami dunia hanya dua abad belakangan ini, dan oleh Simon Kuznets, seorang ahli ekonomi terkemuka di Amerika Serikat yang pernah memperoleh hadiah Nobel dinyatakan bahwa, proses pertumbuhan ekonomi tersebut dinamakannya sebagai Modern Economic Growth. Dalam periode tersebut, dunia telah mengalami perkembangan pembangunan yang sangat nyata apabila dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya.

Sampai abad ke-18, sebagian besar masyarakat di dunia masih hidup pada tingkat subsistem, dan mata pencaharian utamanya adalah dari melaksanakan kegiatan di sektor pertanian, perikanan atau berburu. (Sadono Sukirno, 1998, : 413) Pada dasarnya, pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai suatu proses pertumbuhan output perkapita dalam jangka panjang. Hal ini berarti, bahwa dalam jangka panjang, kesejahteraan tercermin pada peningkatan output perkapita yang sekaligus memberikan banyak alternatif dalam mengkonsumsi barang dan jasa, serta diikuti oleh daya beli masyarakat yang semakin meningkat. (Boediono, 1993 : 1 - 2)

Perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia menunjukkan perkembangan yang positif dari tahun 1984-1997. Pada tahun 1998 menunjukkan penurunan pertumbuhan ekonomi yaitu – 13,12 %, hal ini disebabkan karena krisis moneter dan krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997, yang berlanjut menjadi krisis multidimensi, sehingga membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 1998, pada tahun 1999-2003 baru dapat tumbuh lagi pertumbuhan ekonominya walaupun tidak sepesat pada tahun-tahun sebelumnya.

TABEL 1.1.

PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERIODE 1984 – 2003 MENURUT HARGA KONSTAN 1993 (dalam persen)

Tahun

PDB

(miliar rupiah)

Pertumbuhan

Ekonomi (%)

1984

1985

1986

1987

1988

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

195.730,0

200.564,6

212.498,2

222.613,1

236.014,4

253.597,5

271.958,0

290.859,1

309.648,6

329.775,8

354.640,8

383.792,3

413.797,9

433.245,9

376.374,9

379.557,7

398.016,9

411.753,5

426.942,9

444.453,5

-

2,47

5,95

4,76

6,02

7,46

7,24

6,95

6,46

6,50

7,54

8,22

7,82

4,70

-13,12

0,84

4,86

3,45

3,66

4,10

Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia, berbagai edisi (data diolah)

Dari tabel 1.1 terlihat, bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 1985, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 2,47 %. Hal ini terjadi, karena Indonesia harus menghadapi tantangan yang cukup berat, yaitu kelesuan kegiatan ekonomi dalam negeri, ditambah lagi dengan penurunan harga minyak bumi yang cukup tajam, serta melemahnya daya saing barang-barang produksi dalam negeri, sehingga penerimaan devisa dari ekspor menurun.

Krisis moneter dan krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997, yang berlanjut menjadi krisis multidimensi, membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pada tahun 1998, pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan yang cukup tajam, yaitu sebesar minus 13,12 %. Kemudian, pada tahun-tahun berikutnya, perekonomian nasional Indonesia mengalami pemulihan (recovery), meskipun jika dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya yang mengalami krisis serupa, proses pemulihan ekonomi di Indonesia relatif lebih lambat.

Memasuki tahun 2000, perekonomian Indonesia diwarnai oleh nuansa optimisme yang cukup tinggi. Hal ini antara lain ditandai dengan menguatnya nilai tukar rupiah sejalan dengan penurunan inflasi dan tingkat suku bunga pada sektor riil. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2000 sebesar 4,86 % lebih tinggi dari prakiraan awal tahun oleh Bank Indonesia sebesar 3,0 % sampai dengan 4,0 %. Pada tahun 2002 semakin membaik dibandingkan tahun 2001, berdasarkan perhitungan PDB atas dasar harga konstan 1993, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2002 adalah sebesar 3,66 %, dan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2001 sebesar 3,45 %, Sedangkan pada tahun 2003 laju pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 4,10 %.

Menurut Harrod Domar, dalam mendukung pertumbuhan ekonomi diperlukan investasi-investasi baru sebagai stok modal. Semakin banyak tabungan yang kemudian diinvestasikan, maka semakin cepat terjadi pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi secara riil, tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada setiap tabungan dan investasi tergantung dari tingkat produktivitas investasi tersebut. (M. P. Todaro, 1993, : 65 – 66). Pembentukan modal merupakan investasi dalam bentuk barang-barang modal yang dapat menaikkan stok modal, output nasional, dan pendapatan nasional. Jadi, pembentukan modal merupakan kunci utama menuju pembangunan ekonomi.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

a. Apa dampak dan pengaruh variabel ekspor terhadap PDB riil?

b. Mengetahui apa pengaruh variabel Investasi terhadap PDB riil?

c. Bagaimana pengaruh variabel tenaga kerja terhadap PDB riil?

d. Bagaimana dan apa saja pengaruh variabel hutang luar negeri terhadap PDB riil?

e. Seberapa besar dampak dari pengaruh variabel – variabel tersebut terhadap PDB rill?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk member informasi pengaruh variabel ekspor terhadap PDB riil.

b. Untuk meneliti seberapa besar pengaruh variabel investasi terhadap PDB riil.

c. Untuk menganalisis pengaruh variabel tenaga kerja terhadap PDB riil.

d. Untuk menganalisis pengaruh variabel hutang luar negeri terhadap PDB riil.

e. Untuk menganalisis pengaruh variabel – variabel tersebut terhadap PDB riil.

Sabtu, 08 Oktober 2011

METODE RISET: ANALISIS JURNAL (tugas ke 2)


Nama : Abdul Rahim Nawawi

NPM : 11209660

Kelas : 3EA12

I. ANALISIS JURNAL

· TEMA

“ Mikro Kredit: Tinjauan Atas Perguliran Dana Untuk Pemberdayaan Masyarakat”

· PENYUSUN

Budiman, (Fakultas ekonomi Universitas Gunadarma)

· TAHUN PEMBUATAN

2003

· LATAR BELAKANG

Program pengentasan kemiskinan dilakukan oleh pemerintah secara intensif, bedasarkan pengamatan dilapangan yang maksimal. Dilingkungan masyarakat proses produksi sangat terkait dengan karakteristik keluarga. Bedasarkan sejumlah kaitan toeritis itulah sangat diperlukan tinjauan atas perguliran dana pemberdayaan masyarakat.

· LANDASAN TEORI

Dengan adanya perbandingan kondisi pemerintah makro nasional dengan keadaan mikro implementasi sangat dipelukan adanya tinjauan perguliran dana pemberdayaan masyarakat. Catatan dilapangan juga membuktikan bahwa ada masalah- masalah yang dihadapi proses percobaan perguliran dilapangan sangat memerlukan pola- pola perguliran sebagai alternatif. Paper ini dibuat bertujuan untuk:

1. Melakukan intepretasi data dan deskripsi selama kegiatan pembinaan masyarakat melakukan perguliran kredit mikro.

2. menyusun pola alternatif perguliran dana mikro bagi msayarakat.

· METODE PENELITIAN

1. Analisis deskriptif dan atau tabulasi dengan melalui tabel-tabel, grafik, dan diagram, seperti data-data dari BPS, serta dinas-dinas terkait..

· HASIL DAN PEMBAHASAN

Bedasarkan pada penelitian yang dilakukan dapat ditentukan indikator berhasil atau tidaknya pola perguliran dana yang dilakukan yaitu mencakup ciri transparan, bertanggung jawab, menguntungkan, berlanjut, dapat diperluas, skala, dampak, dan efetivitas. Dari 8 ciri tersebut terdapat 3 ciri yang harus dilakukan oleh ekonomi mikro-kredit yaitu dapat mengembalikan pinjaman, dapat memperoleh modal mandiri, dapat mengakumulasikan modal mandiri yang telah diperolehnya.

· SARAN DAN KESIMPULAN

1. Agar dapat ditentukan pola yang sesuai dengan keadaan ekonomi mikro di Indonesia saat ini, agar masayarakat bisa merasakan manfaat nyata dari pola perguliran dana tersebut.

2. Dari data tinjauan dilapangan dan tinjauan teorirtis dapat dilihat bahwa pola prguliran dana menggunaka skema mikro kredit untuk mengentaskan kemiskinan. Ciri dari pola perguliran dana dapat berupa pengembalian pinjaman dari pihak luar, terjadinya modal mandiri masyarakat, dan terjadinya akumulasi modal mandiri masyarakat.


II. ANALISIS JURNAL

· TEMA

“ Pengukuran Tingkat Kepuasan Tertanggung PT. Asuransi Jasa Indonesia.”

· PENYUSUN

Hotniar Siringoringo, Dona Ekawati, (Universitas Gunadarma)

· TAHUN PEMBUATAN

2003

· LATAR BELAKANG

Kepuasan konsumen akan produk yang ditawarkan industri jasa karenanya adalah perhatian utama dari setiap manajemen industri jasa. Pelayanan dan wujud fisik merupakan satu kesatuan yang membentuk produksi industri jasa. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen pada PT. Asuransi Jasa Indonesia.

· LANDASAN TEORI

Dalam industri jasa pelayanan dan wujud fisik merupakan satu kesatuan yang membentuk produk PT. Asuransi Jasa Indonesia. Menjaga loyalitas konsumen adalah hal yang kompleks. Banyak faktor yang harus di evaluasi berhubungan dengan kepuasan konsumen. Beberapa diantaranya berhubungan dengan premi pembayaran, birokrasi, dan resiko yang harus ditanggung nasabah. Paper ini dibuat dengan tujuan untuk:

1. Mengukur variabel tingkat kepuasan nasabah tertanggung PT. Asuransi Jasa Indonesia

2. Mengevaluasi tingkat kepuasan nasabah terhadap PT. Asuransi Jiwa Indonesia

· METODE PENELITIAN

1. Menggunakan metode survey dengan cara menyebarkan kuesioner kepada nasabah PT. Asuransi Jasa Indonesia.

· HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara keseluruhan para responden setuju dengan variabel yang diteliti seperti waktu dan premi. Selain itu responden juga merasa setuju atas penundaan klaim yang cukup lama akibat kebakaran yang menyebabkan kerugian besar. Selain itu tertanggung juga dibebankan kewajiban untuk melindungin dari resiko- resiko yang dianggap merupakan kelalaian tertanggung.

· SARAN DAN KESIMPULAN

1. Sebaiknya para nasabah asuransi atau responden lebih memahami segala prosedur yang berlaku dalam proses klaim suatu asuransi, sehingga kekeliruan dan kesalahan dapat di minimalisir

2. Pelayanan yang diberikan PT. Asuransi Jasa Indonesia sudah cukup memuaskan, namun yang mendapat respon negatif adalah waktu. Namun pertanyaan yang ditujukan pada premi menunjukan tingkat positif. Tertanggung merasa diberikan kemudahan dalam melakukan pembayaran dengan cara angsuran.


III. ANALISIS JURNAL

· TEMA

“ Analisis Perkembangan Ekspor dan Pngaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.”

· PENYUSUN

Irham Lihan, Yogi, (Universitas Lampung dan Universitas Winaya Mukti)

· TAHUN PEMBUATAN

2003

· LATAR BELAKANG

Upaya peningkatan ekspor terus digalakkan pemerintah. Melalui strategi promosi ekspor. Sejalan dengan keinginan pemerintah itu maka tampaklah analisis pengembangan ekspor di Indonesia sangatlah penting dampaknya utnuk ekonomi di Indonesia.

· LANDASAN TEORI

Perlunya dipelajari dampak secara gamblang dari perkembangan ekspor indonesia terhadap ekonomi baik secara langsung maupun tidak secara langsung. Oleh karena itu sangat dibutuhkan penelitian untuk menggambarkan dampak tersebut. Paper ini dibuat dengan tujuan untuk:

1. Mempelajari pengaruh pertumbuhan ekspor pada pertumbuhan GDP Indonesia.

· METODE PENELITIAN

1. Menggunakan metode data sekunder yang disusun bedasarkan data urut waktu (time series)

2. Data analisis menggunakan regresi berganda dengan pendekatan OLS

· HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis yang dlihat sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Jung dan Marshall yaitu bahwa sebagian besar negara berkembang tidak menunjukan empiris bahwa pertumbuhan ekspor akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal itu terbukti pad kasus di Indonesia dimana besarnya nilai ekspor tidak berpengaruh nyata pada pertumbuhan PDRB.

· SARAN DAN KESIMPULAN

1. Perkembangan ekspor di Indonesia yang berasal dari produk- produk yang menggunakan input sepenuhnya perlu dipacu dan dikembangkan slah satunya melalui investasi modal asing.

2. Hasil analisis menunjukan bahwa peranan sektor ekspor di Indonesia tidak berpengaruh nyata terhadap perkembangan PDRB di Indonesia. Hal itu sejalan dengan pendapat Jung Marshall yang mengemukakan bahwa negara berkembang tidak menunjukan dukungan empiris bahwa pertumbuhan ekspor akan mendorong pertumbuhan ekonomi.